aku tersungkur
diantara sepatu pantopel bergaya klasik
tak trhitung berapa ku cium kepala kaki itu
hanya untuk logam untuk perut yang mulia
aku dianggap apa
aku tertatih
menyusuri trotoar kota impian
dimana langkah cepat tak bersapa
mengejar dolar dari negara adikuasa
memang ku bukan apa apa
KAMI ADALAH SAMPAH DISUDUT KOTA YANG TERLUPAKAN
Pages
puisi untuk pejilat dunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
isi ,untuk kebaikan saya